Sabtu, 25 Mei 2013

Sebuah langkah kecil untuk hasil besar...



Endless road image
Sudah 13 tahun saya malang melintang dalam dunia perunggasan sebagai produsen penetas telur, tepatnya sejak tahun 2000. Di tahun 2000, saya sedang mencoba beternak ayam arab yang saat itu sedang naik daun. Mau membeli doc tapi harganya cukup mahal, sehingga saya berinisiatif untuk membeli beberapa ekor indukan saja dan menetaskan sendiri. Tapi itupun juga terbentur dengan harga penetas telur, yang bagi saya masih mahal harganya dan saat itu hanya ada model manual, alias harus membalik telur satu persatu.Yang populer adalah merk 'Cema**' dan juga ada jiplakannya yaitu merk 'MJ'. Fiuhh... sudah terbayang berapa rupiah tabungan saya akan melayang dan juga repotnya membalik telur.

Beruntung, saat itu saya sedang meneruskan kuliah saya di Malang biar dapat gelar bergengsi ‘tukang insinyur’, karena sebelumnya hanya lulus D3. Perpustakaan kampus menjadi  jujukan saya jika ada jam lowong, dan disanalah saya menemukan banyak informasi berharga tentang dunia penetasan telur. Sempat ada pertanyaan aneh dari teman kuliah karena di perpustakaan karena saya bukannya mencari buku-buku teknik mesin (jurusan yang saya ambil), tetapi malah nyasar ke bagian jurusan peternakan, he..he.. emangnya gua pikirin.

Saat itulah saya berkenalan dengan suatu teknik untuk bisa memutar telur tanpa tangan satu persatu, tapi dengan mekanisme yang bisa memutar semua telur secara serentak. Hmm.. ini dia, tiba-tiba imajinasi liar saya mengatakan ‘lho.. inikan sebenarnya cocok juga dengan jurusan teknik mesin, karena ternyata penetas telur pada dasarnya adalah sebuah ‘machine’ dengan berbagai macam mekanisme di dalamnya. Namun kendalanya adalah tidak ada satupun yang menjelaskan sistem pemutaran telur untuk penetas kecil seperti yang saya butuhkan. Semuanya membahas tentang penetas dengan kapasitas besar dan rak bertingkat banyak. Saya juga mencoba untuk mencari informasi mengenai penetas telur dengan rak pemutar di berbagai media. Tetapi hasilnya nihil, yang ada hanya penetas berkapasitas besar, tak ada satupun yang berkapasitas kecil. Dan karena sulitnya mencari literatur dan contoh, akhirnya saya memutuskan harus membuat sendiri penetas telur ala ‘saya’. Tak ingin berlama-lama, dengan modal seadanya saya mulai mencoba utak atik di rumah sendiri. Tidak percuma keahlian saya waktu kecil saat membongkar peralatan elektronik bapak (tapi tidak bisa mengembalikan, he..he..).

Singkat kata, dengan ketekunan extra tinggi akhirnya terciptalah produk anak bangsa yang saat ini tetap saya tekuni dan kembangkan dengan teknologi terkini, yang meskipun saat itu masih sangat sederhana sistemnya, tetapi saya melihat sangat ‘revolusioner’ (sedikit lebay..). Saking uniknya desain saya, saat itu mulai ada yang tertarik untuk membantu menjualkan. Berawal dari produksi kecil-kecilan, saya berpikir bahwa harus ada nama yang keren yang tidak kalah dengan merk yang sudah populer duluan. Karena ada kecenderungan menggunakan merk dagang penetas telur  dengan nama ayam, saya pun mulai ikutan mencari nama yang pas. Akhirnya terpilihlah merk ‘Minorca’, nama ayam dari Italia. Sistemnya juga saya beri nama, yaitu ‘Sistem rak putar’, yang sekarang sudah dijiplak ramai-ramai oleh orang-orang seantero Indonesia..

Lalu setelah lulus kuliah tahun 2001, dengan modal dari Ibunda 1 juta rupiah (baca: satu juta rupiah), dan pinjaman mobil keluarga, saya mulai mengembangkan sayap untuk menjual ke toko-toko peternakan / poultry shop di seluruh jawa timur. Jatuh bangun dan keringat darah harus saya alami untuk bisa terus eksis, hingga mampu kredit mobil pickup baru untuk sarana transportasi. Saat menitipkan produk saya di sebuah poultry shop di Malang, ternyata laris manis, walaupun ada saingan penetas merk MJ buatan Malang yang sudah lebih dahulu dijual di toko tersebut. Tapi ternyata beberapa bulan kemudian desain saya ditiru mentah-mentah oleh produsen penetas telur MJ, yang sekarang masih eksis sebagai produsen penetas telur terbesar di tanah air merk. Mulai dari sistem rak putar, rak telur aluminium, sampai buku panduan di ‘tembak’ secara serampangan. Tapi itulah hebatnya, meskipun sudah ditiru, tetapi produk saya tetap kencang penjualannya, melebihi merk kompetitor tersebut. Puncaknya manajer poultry shop tersebut menghentikan penjualan produk saya dan hanya menjual produk kompetitor tersebut. Belakangan saya baru tahu ternyata bos pabrik penetas telur merk MJ ada kerjasama dengan poultry shop tersebut.

Kemalangan yang saya alami selanjutnya adalah juga peniruan dari berbagai macam kalangan, dan yang paling mengesalkan adalah peniruan oleh pegawai saya yang keluar tiba-tiba (padahal masih ada hubungan saudara sepupu), dan mengatasnamakan saya untuk buatannya sendiri. Yang membuat saya kecewa berat adalah presiden kita tercinta yang saya pilih dalam pilpress tahun 2004, menaikkan harga bbm. Meskipun kenaikan tidak terlalu besar dan sempat dikembalikan ke harga semula, tapi cukup membuat penjualan produk saya drop lebih dari 50%. Masih belum cukup, isu virus flu burung H5N1 (yang saya yakini juga menjadi bisnisan terselubung pejabat) semakin membuat saya ‘collapse’. Akhirnya tahun 2006 saya harus merelakan menjual mobil yang otomatis juga menghentikan penjualan penetas secara ‘kelilingan’ tersebut dan hanya melayani poultry shop di surabaya dan sekitarnya.

Sempat hijrah ke Jakarta tahun 2007 untuk kembali menjadi ‘buruh’ kontrakan selama 6 bulan, akhirnya dengan ‘galau’ saya kembali ke kota tercinta Surabaya. Kepulangan Ibunda saya ke Rahmatulah pada tahun 2008 lalu menyuadarkan dan membuat saya harus terus ‘survive’, dan akhirnya, dengan sisa tabungan hasil kerja di Jakarta, saya bertekad keras untuk menekuni kembali dunia perunggasan untuk meneruskan usaha produksi penetas telur yang sempat diteruskan kakak saya. Karena ingin bagi-bagi rejeki dengan sang kakak, akhirnya saya harus melakukan inovasi lain agar ada diversifikasi usaha.

Beruntung sebelumnya pada tahun 2005 saya sempat membuat prototipe penetas telur otomatis yang saat itu saya jual dengan harga teman kepada peternak ayam onagadori di Surabaya. Karena hingga tahun 2008, ternyata penetas telur otomatis tersebut masih bisa bekerja dengan baik, bahkan hingga tahun 2013 ini (8 tahun tanpa penggantian spare part!!), maka saya mencoba untuk memperbaiki teknologinya agar sesuai dengan perkembangan jaman. Begitu banyak waktu, tenaga dan pikiran saya curahkan untuk melakukan inovasi, dan hingga kini produksi penetas telur otomatis merk Aviamax telah mencapai produksi lebih dari 700 unit.

Masih teringat kata motivasi almarhumah Ibunda saya ‘ Semua (kesulitan) akan berlalu’ yang sering diucapkan semasa hidup kala saya berada dalam situasi krisis. ‘ Thanks mom, you are my inspiration, you are always in my mind, i believe you always support me from heaven’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar