Sabtu, 25 Mei 2013

Innovation in Simplicity

Inovasi bukanlah tentang seberapa hebat dan rumitnya teknologi, tetapi seberapa efisien dan efektifnya teknologi.

Innovation in simplicity logo
Seorang teman pernah memuji saya dalam blognya karena mempunyai teknik yang unik yang saya terapkan dalam penetas telur otomatis buatan saya. Kadang saya berpikir, apakah ciptaan saya ini termasuk unik (nyeleneh?) atau sebuah inovasi yang revolusioner. Kalau memang benar-benar aneh, lalu mengapa beramai-ramai orang menembak desain penetas telur ‘sistem rak putar’ yang saya ciptakan tahun 2000?, dimana saat itu tidak ada satupun produsen yang mengembangkannya untuk penetas telur kapasitas kecil. Rak telur aluminium profil 'U', penggunaan ‘synchronous gear motor’ adalah contoh teknologi ‘aneh’ yang sudah biasa saya gunakan.

Dulu sempat terpikirkan untuk mempatenkan ciptaan saya, namun sering terdengar bahwa proses pengurusan paten sangat mahal, lama, sulit dan seabreg kata negatif lainnya. Kalaupun berhasil mendapatkan paten, juga tidak menjamin tidak dijiplak, he..he.. maklum orang Indonesia, banyak akal bulusnya. Jika kita tuntut ke pengadilan pun juga memakan waktu lama, belum terhitung biaya pengacaranya. Jadi, ya sudah diikhlaskan saja, itung-itung bagi-bagi rejeki.. he..he.

Pada 2008, saat saya mulai terjun ke dunia maya, sempat ada perasaan minder dengan produsen yang lebih dahulu eksis membuat penetas telur otomatis. Apalagi penetasnya bagus banget dengan bermacam-macam peralatan yang rumit. Namun ketika melihat harga yang ditawarkan juga begitu tinggi, terbersit harapan ada sedikit celah yang bisa saya masuki, yaitu menjual penetas dengan teknologi yang sama tapi dengan harga lebih ekonomis. Memanfaatkan berbagai macam komponen yang bisa saya comot dengan mudah di toko elektronik, saya mulai belajar menaikkan motivasi yang sempat down, maka mulailah proses produksi di lakukan di teras belakang rumah. Memanfaatkan website buatan sendiri, penjualan via online pun mulai dilakukan. Dengan kesabaran yang super tinggi, akhirnya produksi saya mulai terjual ‘3 bulan’ kemudian. Hingga kini, buatan saya sudah memasuki generasi ke-3 dan akan terus berkembang hingga puluhan generasi lagi.

Ciptaan saya benar-benar revolusioner dalam hal kesederhanaan sistem kerja dan penggunaan materialnya. Saya tidak perlu menggunakan peralatan mahal seperti kontroler kelembaban, karena ternyata setelah saya teliti, hanya dengan memanfaatkan hadiah dari ‘Tuhan’ berupa hukum alam (fisika), kelembaban dalam penetas sudah tercapai dengan nilai yang masih rasional. Material papan panel MDF untuk box pun bukanlah material yang ideal karena tidak tahan air. Tapi keunggulannya adalah lebih murah, mudah difabrikasi, dan mempunyai densitas / kerapatan yang tinggi (sangat bagus untuk menahan panas). Dengan teknik pengecatan khusus, ternyata papan MDF bisa menjadi ‘waterproof’, bahkan pernah saya teliti bisa menjadi bak air tanpa sedikitpun merusaknya.

Semuanya hanya berawal dari pemikiran bahwa kehidupan ini sebenarnya sangat ‘simple’, tidak perlu di rumit-rumitkan dan di berat-beratkan. Jadi saya sangat menjunjung tinggi falsafah ‘kalau bisa dipermudah kenapa harus dipersulit’, bukan sebaliknya seperti falsafahnya pejabat dan pegawai negeri. Kita sebagai manusialah yang membuat rumit masalah karena seringkali justru mendapat barokah dari kerumitan sistem yang dibuatnya. Saya sangat percaya, bangsa Indonesia bisa menjadi lebih bermartabat di mata dunia hanya dengan menerapkan kesederhanaan hidup seperti itu. Tidak perlu harus menarik-narik orang asing agar berinvestasi di Indonesia atau mengimpor mentah-mentah teknologi tinggi, cukup aplikasikan teknologi secara proporsional dan kombinasikan dengan kearifan budaya lokal melalui industri-industri kecil (UKM).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar